Setelah
2 hari kami keliling banyuwangi bagian selatan, dari TN Merubetiri sampai di TN
Alas Purwo dan kami kembali ke penginapan di depan stasiun karang asem, rencana
saya sih kita sampai di penginapan sore sekitar jam 4an gitu, kalau sampai jam
segitu kan kita bisa mandi dan istirahat sebentar kemudian bangun jam 11 malam
dan langsung berangkat ke kawah ijen, tapi ya entah betah di jalan apa sukanya
kami nyasar gitu gatau tiba-tiba kita sampai di penginapan pukul 19.30 wib.
Nah, melihat sekarang sudah malam kami berunding sebentar
kira-kira mau ke kawah ijen sekarang apa besok pagi nih? Loh kok malam-malam ke
kawah ijen mau ngapain? Gini sob, kan 2013 silam saya sudah pernah ke kawah
ijen, tapi siang, bagus sih kalau siang, tapi kalau kita berangkat malam nanti
kita dapat bonus dapat ngelihat blue fire nya kawah ijen, blue fire apaan sih?
Blue fire yaitu api biru yang keluar di mulut kawah di kawah ijen dan selain
ngeluarin api biru kawahnya juga ngeluarin anak ayam eh asap belerang dan bau
nya jangan nanya sob kaya apa, tapi kata temen saya bau mulut saya hampir sama
sih, tapi gausah percaya sob, itu hoax.
Setelah
lama buanget kami diem2an di kamar ber-4 akhirnya kita berangkat malam hari ini
juga, demi ngelihat si blue fire itu sob, langsung kita packing yang perlu kita
bawa termasuk jajanan pasar yang di beli kemarin masih sisa kita bawa juga dan
kita berangkat pukul 23.30 wib dari stasiun karang asem, di jalan kita mampir
di warung untuk beli bensin eceran dulu, terus baru kita cus.
Eh
setelah 15 menitan kami jalan tiba-tiba teman saya telpon suruh balik, ban nya
bocor katanya, saya pun putar arah tapi malah putar2 di jalan, setelah itu baru
kami kembali, ternyata lumayan jauh juga ketinggal nya, nah di tengah-tengah
sawah kan ga ada tukang tambal ban, apalagi buat nambalin luka masa lalu kamu.
Karena
tempat kami belum begitu jauh dengan penginapan kami, kami pun telfon sama yang
nyewain motor kami, akhirnya kita suruh nunggu di tempat, ga lama kemudian
bapak-bapak nyamperin kita dan motor yang ban nya bocor itu di tukar dengan
motor yang waras, ternyata itu termasuk fasilitas sewa motornya sob, hehe.
Setelah
berterimakasih sama bapak nya kami langsung kembali memacu motor bersamaan
dengan dinginnya jalanan menuju kawah ijen, jalan ke kawah ijen jelas kok sob,
jadi jangan khawatir, InsyaAllah ga bakal nyasar, apalagi terjerembab ke masa
lalu kalian yang buruk.
Kami
menikmati dinginnya malam di jalan, eh tiba-tiba saya teringat kalau tripod
yang di bawa dan kami bawa tripod itu cuman mau di bawa ke kawah ijen doang
malah ketinggal di penginapan, hadeouhh, kemudian saya memelankan kecepatan
sembari berunding di jalan, kita balik ngambil tripod, kita kembali ke kawah
ijen besok pagi apa gausah mikirin tripod langsung cus ke kawah ijen aja,
disini yang paling gelo sih saya, masalahnya teman saya udah nyari2 pinjaman
tripod temannya di jogja buat di bawa ke kawah ijen doang eh malah ga ke bawa,
akhirnya kita voting sembari kita berjalan dengan kecepatan 40 km/jam, dan
akhirnya kita tetap ke kawah ijen tanpa membawa tripod.
Kita
sampai di tempat parkir kawah ijen pukul 00.15 wib, kemudian kami menuju ke
toilet karena teman saya ada yang mau buang hajat dulu, sembari nyamperin
bapak-bapak yang lagi bakar-bakar, trus ada mas-mas juga yang nyamperin, dan
katanya minta untuk berbagi kehangatan, kemudian kami mengobrol dan katanya mas
nya itu pendakian di buka pukul 01.00 wib, setelah lama kami berbagi kehangatan
kemudian ngelihat rombongan orang yang lagi jalan menuju ke gerbang pemeriksaan
tiket, kami pun segera bersiap dan ngikutin dari belakang, setelah berjalan
sekitar 5 menit ternyata kata orang yang lagi ngumpul itu kalian harus beli
tiket dulu di dekat tempat parkir dan kami segera kembali lagi dengan langkah
gontai untuk membeli tiket dengan harga 3000/person dan langsung kembali ke
tempat pemeriksaan tiket.
Kami
start tracking pukul 01.00 wib, setelah berjalan 15 menitan ini ada temen saya
perempuan sudah mulai terserang penyakit mengguk atau bahasa kerennya nafas
ngos-ngosan, dengan di semangatin temen saya yang satunya dia menguatkan
dirinya untuk tetap berjalan dan berhenti sebentar dan berjalan lagi dan
seterusnya, saya jalan paling belakang dan ngelihat teman saya ini langkah nya
sudah ter seok-seok, mungkin efek belum tidur seharian apa emang sudah lelah
dengan masa lalunya saya juga ga tahu, ga lama kemudian setelah saya mbatin
atau bahasa kerennya ber prasangka buruk kalau temen saya ini bakal jatuh eh
ternyata bener, dia jatuh di lubang kecil tempat aliran air, tapi untung nya ga
ada air itu di dalamnya, hehe, kemudian saya menuju ke tempatnya dan membantu
dia, sapa tau dia ngasih uang ke saya karena telah saya bantu, kemudian kita
berhenti sebentar dan membuka jajanan pasar yang kami beli kemarin dan
melanjutan tracking lagi.
Setelah
beberapa menit kemudian teman saya sudah mulai ber adaptasi dengan dinginnya
malam dan jalur track nya, karena setelah melewati pos timbangan jalannya sudah
mulai landai, oh ya setelah pos timbangan ini asap belerang sudah mulai berbau
menyengat sob, jadi siapin masker yang memadai, kalo bisa bawa masker double.
Setelah
45 menit kami berjalan dan kita sampai di atas yang bisa ngelihat kawah nya
itu, tapi bukan puncak sih, masalahnya ada yang lebih tinggi lagi dan kami
cukup sampai sini saja dan segera menuju ke pintu tempat jalan masuk nya ke
mulut kawah.
Eh,
ternyata harus makai pemandu kalau ingin turun ke mulut kawah nya, karena kita
minim budget dan dijalan teman saya pas sudah ngobrol2 dengan guide local yang
sedang nganterin tamu nya ke ijen kami pun ngikut sama bapak nya itu, dan di
persilahkan masuk sama penjaga pintu nya.
Baru
berjalan beberapa langkah eh teman saya yang perempuan ini minta balik lagi,
dia mau nungguin di atas, karena dia phobia sama ketinggian katanya, akhirnya
dia kembali dan kita meneruskan perjalanan turun ke mulut kawah.
Jalannya
sob, lumayan curam dan terjal, saya berjalan dan ngebayangin gimana rasanya
jadi porter belerang, dia membawa beban rata-rata 100 kg buat di angkut ke
tempat penimbangan dan turun untuk menyambung hidup nya, bahkan keluarganya,
jadi bersyukurlah kita sudah di beri kenikmatan yang luar biasa ini sama Tuhan
yang maha memberi.
Kita
sampai di mulut kawah memerlukan waktu sekitar 30 menit an, dan perjuangan
porter tersebut bukan hanya sebatas mengangkut belerang tersebut, dia harus
membongkar belereng di mulut kawah terlebih dahulu, sembari di kepulin asap
belerang yang sangat menyengat, kalau angin yang membawa asap belerang pas ke
arah kita jangan kan mau bernafas, ngelihat aja susah sob, asli asap nya bikin
sesak banget.
Setelah
beberapa kali mengambil gambar tanpa tripod sembari tiduran di tanah dan di
tegur sama salah satu guide local karena menghalangi jalan para tamunya kami
langsung kembali ke atas, asap yang mengepul sepertinya juga mengusir kita dari
mulut sang kawah dan juga salah satu teman kami masih menunggu di atas juga.
Sampainya
kita di atas dan mencari teman kami, kita langsung menuju ketempat yang bisa
melihat sunrise, karena masih gelap dan sepertinya sunrise masih lama dan kita
sudah sehari penuh belum tidur teman saya ada yang ngajakin turun, padahal saat
gelap kita ga bisa melihat danau kawah ijen, kan rugi kalau kita ga foto dengan
background nya danau kawah ijen, akhirnya kita mencari lubangan kecil tempat
aliran air untuk menghindari angin yang menerjang kami sembari menunggu sang surya
keluar.
Setelah
lama menunggu, fix sunrise nya ketutup sama awan mendung, setelah itu kita
mengambil gambar seadanya dan kembali turun ke pos pendakian kawah ijen, karena
kita masih melanjutkan perjalanan ke kawah wurung yang ga kalah bagusnya dengan
kawah ijen.
Di
jalan kami bertemu dengan bapak-bapak yang menjual belerang yang sudah di ukir
sedemikian rupa, jangan lupa membeli sob, harga 3 buah ukiran belerang masih
mahal sama harga kuota internet situ kok sob, daripada gesar-geser layar hp dan
kepoin akun gebetan melulu mending buat beli ukiran belerang bapaknya, lumayan
buat bentu bapaknya menyambung hidup.
No comments:
Post a Comment