Friday 10 April 2015

Kawah Wurung seperti di Belanda


            Wajib kesini kalian semua, di jamin ga bakal kecewa, gausah capek2 kalian jalan kaki jauh2, gausah bawa carir juga, cukup bawa motor, kamera, helm, jas hujan, baju, celana, uang saku, makanan ringan, minuman, semen, batu gamping sama jangan lupa bahagia, karena bahagia itu membahagiakan.
            Jadi gini sob ceritanya, tahun lalu saya ke gunung ijen, temen saya mampir ke kawah wurung, nah saya ga di ajakin, ditinggal di gunung ijen, jadi nya tahun sekarang deh saya ke kawah wurung nya.
            Setelah saya dan teman-teman saya melihat blue fire di ijen, kemudian nunggu sun shine keluar, eh malah ga keliatan motohori nya, daripada ketiduran di puncak ijen mending kita langsung turun pelan-pelan, soal nya kita sehari sebelumnya udah muter2 belum sempat tidur malem nya langsung lanjut ke kawah ijen.
            Sampainya kami di lahan parkir wisata kawah ijen, kita langsung nanya sama haji lulung eh sama tukang parkir disana maksutnya.
Saya: “pak, kawah wurung mana ya lewatnya?”
Parkir: “disana dek, ngikutin jalan ini trus”
Saya: “nanti ada plang nya gitu ya pak?”
Parkir: “iya, pokoknya tar nglewatin semacam plang pos kehutanan dulu, tar nanya lagi disana”
Saya: “di pinggir jalan ini kan pak pos nya?”
Parkir: “iya, pokok nya ngikutin jalan ini trus dek”
Saya: “sampai pos itu ya pak?”
Eh haji lulung dateng: “gak, sampai pagi dek! Nanya trus!”
            Setelah percakapan tersebut saya sadar kalau kehidupan tanpa ujian hidup itu seperti kertas potokopian, hitam-putih doang (apa hubungannya sih?). Kemudian kami langsung melanjutkan perjalanan ke kawah wurung.
            Dijalan kami melewati air terjun banyu pahit, kemudian jalan becek banget, kemudian kebun, kebun, kebun trus sampai kami bangun dan sadar bahwa kami sudah lumayan lama jalannya sembari melihat indicator tangki bensin motor kami yang semakin tipis, mau nanya sama orang tapi ga ada orang yang di dekat jalan itu, ada orang sih beberapa, tapi mereka lagi bercocok tanam, dan posisinya lumayan jauh dari jalan aspal yang kami lewati.
            Kami terus berjalan sembari mensyukuri yang ada, sampai akhirnya kami nemu sama pos yang di kasih tau sama tukang parkir sewaktu di kawah ijen, kirain di pos ini di pungut biaya gitu, tapi santai sob, itu pos nya cuman mantau lalu lintas perkebunan disana doang kok.
            Kami hanya lewat saja dan menyapa bapak nya yang kelihatannya letih, tetep lurus terus, tau-tau ketiduran lagi bangun-bangun tetep belum sampai di lokasi, eh temen saya lihat plang yang tulisannya “kawah wurung” di tengah-tengah perkebunan, kemudian kami langsung belok ke kiri menurut petunjuk plang nya, bussrett jalannya ambyar sob, saran ni buat yang beratnya lebih dari 70kg mending bawa motor sendiri, dari pada tar ban motornya pecah di jalan kalo boncengan, apalagi kalau motornya matic, tapi ini update jalan pada 20 januari 2015 ya, semoga saja pemerintah setempat membuat anggaran buat ngerapiin jalan.
            Setelah jalan sekitar 30 menit di jalan yang rusak kami menemukan perkampungan, tapi kampungnya sepi, seperti kampung yang ga berpenghuni tampaknya, setelah berjalan beberapa meter melewati gapura dari kayu, ada pemudi yang sedang berjalan kemudian saya bertanya apakah ada orang yang jualan bahan bakar disini?, kemudian dia menjawab kalau ada yang jualan, tapi masih lurus saja, saat saya bertanya dengan pemudi tersebut (maaf) orang nya seperti daun sindrom gitu, nah tambah berpikir negative thinking ni, udah kampungnya sepi, trus ada pemudi sendirian berjalan di luar seperti itu.
            Setelah menemukan warung yang jualan bahan bakar kami langsung beli beberapa liter dan langsung jalan lagi, saat saya bayar ke penjual bensin nya, ibunya pakai bahasa Indonesia, padahal saya ngomong nya pakai bahasa jawa (opotoh? Ga penting banget).
            Lanjut lagi kami berjalan dan bersimpangan dengan mobil fun family yang isinya satu keluarga yang sedang liburan juga, kami menyapa dan lanjut lagi, setelah beberapa menit akhirnya kita sampai di plang petunjuk terakhir menuju ke kawah wurung, dari jalan yang kami lewati tersebut ada pertigaan ke kanan yang ga begitu jelas, jalannya naik dan licin karena lumpur yang barusan kena embun pagi, motor yang saya tumpangin beberapa kali terhuyu-huyu karena ban nya sudah lumayan tipis, jadi ter seok-seok, padahal teman saya sudah jalan kaki, akhirnya baru sampai setengah jalan motornya kami parkir di tengah-tengah padang rumput yang licin dan kami berjalan naik, karena di situ padang rumput luas dan sepi nah motornya kami parkirin di situ saja, dari puncak yang untuk lihat pemandangannya pun saya masih bisa melihat motor saya dan bisa melihat mesa depan saya yang cerah jadi gausah perlu khawatir-khawatir banget deh.
            Nih lihat sendiri kawah wurung kaya apa……


            Ga terasa kami ketiduran lagi disini, betah banget pokoknya disini, cuacanya ketutup awan lagi, jadi adem, apalagi di tambah angin yang sepoi-sepoi, tempat nya pas banget buat kalian pemuda pemudi yang ingin memadu kasih apalagi yang mau ngelamar pasangan kalian.
            Saya tiduran sembari mikirin 1 hal, 2 hari lagi sudah kembali pulang dan masuk ke rutinitas kuliah-pulang-kuliah-pulang sekali-kali titip absen temen gara-gara ketiduran terus kuliah lagi-pulang-kuliah-pulang sampai akhirnya lulus kuliah amin…
            Setelah 3 jam an kami disini akhirnya kembali ke tempat kami markirin motor dan balik ke penginapan, baru 10 menit kami naik motor, sudah nyasar di tengah-tengah padang rumput luas, ga ada sinyal, apalagi dosen matematika, yang ada hanyalah harapan kosong yang berputar-putar di tengah savanna alam.
            Sembabari berjalan, sejenak kami dalam hati berdoa agar tidak di kejar sapi-sapi milik orang yang sedang makan di tengah savanna alam, belasan sapi telah menoleh ke arah kami, tapi kami tetap optimis bahwa kami pasti bisa melewati semua ini.
            Dengan bekal harapan dan doa kami terus ngikutin jalan setapak ini sampai akhirnya nemu gubug kecil yang berisi pupuk kandang dan berbagai macam hewan terbang, entah namanya apa hewan tersebut berjumlah ratusan terbang ke arah kami.
            Sekali dua kali saya di gigit, langsung bulu roma saya merinding melihat hewan terbang tersebut, setelah melewati beberapa gubuk yang berisi pupuk kandang dan kambing, kami bertemu dengan ibu-ibu yang sedang bercocok tanam, tanpa basa-basi kami langsung nanya kemana arah menuju ke jalan raya?.
            Setelah beberapa pertanyaan kami ajukan ke ibu-ibu tersebut kami langsung berjalan dan akhirnya bertemu jalan yang tadi saya lewatin, dengan mengucapkan syukur kami terus berjalan ke arah jalan pulang.

            Kemudian kami mampir sebentar di air terjun banyu pahit untuk mencuci motor yang sudah belepotan lumpur sembari menikmati suara alam, beberapa jepretan sudah kami ambil dan motor sudah kembali bersih, dengan modal kantung mata yang semakin membengkak kami melanjutkan perjalanan kembali ke penginapan kami.

No comments:

Post a Comment