Wajib kesini kalian semua, di jamin ga bakal kecewa,
gausah capek2 kalian jalan kaki jauh2, gausah bawa carir juga, cukup bawa
motor, kamera, helm, jas hujan, baju, celana, uang saku, makanan ringan,
minuman, semen, batu gamping sama jangan lupa bahagia, karena bahagia itu
membahagiakan.
Jadi gini sob ceritanya, tahun lalu saya ke gunung ijen,
temen saya mampir ke kawah wurung, nah saya ga di ajakin, ditinggal di gunung
ijen, jadi nya tahun sekarang deh saya ke kawah wurung nya.
Setelah saya dan teman-teman saya melihat blue fire di
ijen, kemudian nunggu sun shine keluar, eh malah ga keliatan motohori nya,
daripada ketiduran di puncak ijen mending kita langsung turun pelan-pelan, soal
nya kita sehari sebelumnya udah muter2 belum sempat tidur malem nya langsung
lanjut ke kawah ijen.
Sampainya kami di lahan
parkir wisata kawah ijen, kita langsung nanya sama haji lulung eh sama tukang
parkir disana maksutnya.
Saya: “pak, kawah
wurung mana ya lewatnya?”
Parkir: “disana dek,
ngikutin jalan ini trus”
Saya: “nanti ada plang
nya gitu ya pak?”
Parkir: “iya, pokoknya
tar nglewatin semacam plang pos kehutanan dulu, tar nanya lagi disana”
Saya: “di pinggir jalan
ini kan pak pos nya?”
Parkir: “iya, pokok nya
ngikutin jalan ini trus dek”
Saya: “sampai pos itu
ya pak?”
Eh haji lulung dateng:
“gak, sampai pagi dek! Nanya trus!”
Setelah percakapan tersebut saya sadar kalau kehidupan
tanpa ujian hidup itu seperti kertas potokopian, hitam-putih doang (apa
hubungannya sih?). Kemudian kami langsung melanjutkan perjalanan ke kawah
wurung.
Dijalan kami melewati air terjun banyu pahit, kemudian
jalan becek banget, kemudian kebun, kebun, kebun trus sampai kami bangun dan
sadar bahwa kami sudah lumayan lama jalannya sembari melihat indicator tangki
bensin motor kami yang semakin tipis, mau nanya sama orang tapi ga ada orang
yang di dekat jalan itu, ada orang sih beberapa, tapi mereka lagi bercocok
tanam, dan posisinya lumayan jauh dari jalan aspal yang kami lewati.
Kami terus berjalan sembari mensyukuri yang ada, sampai
akhirnya kami nemu sama pos yang di kasih tau sama tukang parkir sewaktu di
kawah ijen, kirain di pos ini di pungut biaya gitu, tapi santai sob, itu pos
nya cuman mantau lalu lintas perkebunan disana doang kok.
Kami hanya lewat saja dan menyapa bapak nya yang
kelihatannya letih, tetep lurus terus, tau-tau ketiduran lagi bangun-bangun
tetep belum sampai di lokasi, eh temen saya lihat plang yang tulisannya “kawah
wurung” di tengah-tengah perkebunan, kemudian kami langsung belok ke kiri
menurut petunjuk plang nya, bussrett jalannya ambyar sob, saran ni buat yang
beratnya lebih dari 70kg mending bawa motor sendiri, dari pada tar ban motornya
pecah di jalan kalo boncengan, apalagi kalau motornya matic, tapi ini update
jalan pada 20 januari 2015 ya, semoga saja pemerintah setempat membuat anggaran
buat ngerapiin jalan.
Setelah jalan sekitar 30 menit di jalan yang rusak kami
menemukan perkampungan, tapi kampungnya sepi, seperti kampung yang ga
berpenghuni tampaknya, setelah berjalan beberapa meter melewati gapura dari
kayu, ada pemudi yang sedang berjalan kemudian saya bertanya apakah ada orang
yang jualan bahan bakar disini?, kemudian dia menjawab kalau ada yang jualan,
tapi masih lurus saja, saat saya bertanya dengan pemudi tersebut (maaf) orang
nya seperti daun sindrom gitu, nah tambah berpikir negative thinking ni, udah
kampungnya sepi, trus ada pemudi sendirian berjalan di luar seperti itu.
Setelah menemukan warung yang jualan bahan bakar kami
langsung beli beberapa liter dan langsung jalan lagi, saat saya bayar ke
penjual bensin nya, ibunya pakai bahasa Indonesia, padahal saya ngomong nya
pakai bahasa jawa (opotoh? Ga penting banget).
Lanjut lagi kami berjalan dan bersimpangan dengan mobil
fun family yang isinya satu keluarga yang sedang liburan juga, kami menyapa dan
lanjut lagi, setelah beberapa menit akhirnya kita sampai di plang petunjuk
terakhir menuju ke kawah wurung, dari jalan yang kami lewati tersebut ada
pertigaan ke kanan yang ga begitu jelas, jalannya naik dan licin karena lumpur
yang barusan kena embun pagi, motor yang saya tumpangin beberapa kali
terhuyu-huyu karena ban nya sudah lumayan tipis, jadi ter seok-seok, padahal
teman saya sudah jalan kaki, akhirnya baru sampai setengah jalan motornya kami
parkir di tengah-tengah padang rumput yang licin dan kami berjalan naik, karena
di situ padang rumput luas dan sepi nah motornya kami parkirin di situ saja,
dari puncak yang untuk lihat pemandangannya pun saya masih bisa melihat motor
saya dan bisa melihat mesa depan saya yang cerah jadi gausah perlu
khawatir-khawatir banget deh.
Nih lihat sendiri kawah wurung kaya apa……
Ga terasa kami ketiduran lagi disini, betah banget
pokoknya disini, cuacanya ketutup awan lagi, jadi adem, apalagi di tambah angin
yang sepoi-sepoi, tempat nya pas banget buat kalian pemuda pemudi yang ingin
memadu kasih apalagi yang mau ngelamar pasangan kalian.
Saya tiduran sembari mikirin 1 hal, 2 hari lagi sudah
kembali pulang dan masuk ke rutinitas kuliah-pulang-kuliah-pulang sekali-kali
titip absen temen gara-gara ketiduran terus kuliah lagi-pulang-kuliah-pulang
sampai akhirnya lulus kuliah amin…
Setelah 3 jam an kami disini akhirnya kembali ke tempat
kami markirin motor dan balik ke penginapan, baru 10 menit kami naik motor,
sudah nyasar di tengah-tengah padang rumput luas, ga ada sinyal, apalagi dosen
matematika, yang ada hanyalah harapan kosong yang berputar-putar di tengah
savanna alam.
Sembabari berjalan, sejenak kami dalam hati berdoa agar
tidak di kejar sapi-sapi milik orang yang sedang makan di tengah savanna alam,
belasan sapi telah menoleh ke arah kami, tapi kami tetap optimis bahwa kami
pasti bisa melewati semua ini.
Dengan bekal harapan dan doa kami terus ngikutin jalan
setapak ini sampai akhirnya nemu gubug kecil yang berisi pupuk kandang dan
berbagai macam hewan terbang, entah namanya apa hewan tersebut berjumlah
ratusan terbang ke arah kami.
Sekali dua kali saya di gigit, langsung bulu roma saya
merinding melihat hewan terbang tersebut, setelah melewati beberapa gubuk yang
berisi pupuk kandang dan kambing, kami bertemu dengan ibu-ibu yang sedang
bercocok tanam, tanpa basa-basi kami langsung nanya kemana arah menuju ke jalan
raya?.
Setelah beberapa pertanyaan kami ajukan ke ibu-ibu
tersebut kami langsung berjalan dan akhirnya bertemu jalan yang tadi saya
lewatin, dengan mengucapkan syukur kami terus berjalan ke arah jalan pulang.
Kemudian kami mampir sebentar di air terjun banyu pahit
untuk mencuci motor yang sudah belepotan lumpur sembari menikmati suara alam,
beberapa jepretan sudah kami ambil dan motor sudah kembali bersih, dengan modal
kantung mata yang semakin membengkak kami melanjutkan perjalanan kembali ke
penginapan kami.